Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat karena sering menggangu fungsi pengunyahan, bicara, estetis, bahkan hubungan sosial. Karies/ gigi berlubang, trauma kecelakaan, dan penyakit jaringan pendukung gigi merupakan penyebab utama kehilangan gigi.
Kehilangan gigi terkadang dianggap biasa saja oleh sebagian orang padahal jika ada gigi yang hilang maka fungsi dari gigi itu sendiri tidak dapat berjalan secara maksimal dan dapat mengganggu kesehatan tubuh seseorang. Kehilangan satu gigi juga bisa disebut sebagai salah satu kecacatan.
Beberapa akibat kehilangan gigi:
Mengubah susunan gigi.
Kehilangan gigi menyebabkan adanya ruang kosong/space pada area gusi bekas gigi yang hilang. Hal tersebut dapat membuat gigi-gigi tetangganya bergerak (migrasi) menempati space kosong tersebut. Perpindahan gigi dapat disertai perputaran gigi (rotasi) atau perubahan kemiringan gigi. Hal ini menyebabkan susunan gigi menjadi tidak teratur dan tampak tidak estetis akibat gigi terlihat miring atau renggang satu sama lain.
Gigi erupsi berlebih (Gigi turun/naik).
Perubahan posisi gigi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya dapat membuat space kosong di antara gigi. Space kosong tersebut menyebabkan gigi yang berlawanan tidak memiliki penahan, sehingga menyebabkan gigi menjadi turun (pada gigi rahang atas) atau gigi menjadi lebih naik (pada gigi rahang bawah).
Beban berlebih pada salah satu sisi rahang.
Bila ada gigi yang hilang maka beban pengunyahan akan dialihkan kepada gigi lainnya yang tersisa. Hal ini bisa saja mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi (periodontal) dari gigi yang masih ada akibat kelebihan beban pengunyahan. Kerusakan tersebut dapat berujung pada kegoyahan gigi akibat tulang pendukung gigi yang terus berkurang karena tekanan pada gigi yang terlalu besar.
Gangguan pada TMJ/Temporomandibular Joint (sendi rahang).
Kehilangan gigi bagian belakang/geraham dapat menyebabkan hilangnya kontak pengunyahan sekaligus dimensi vertikal gigi yang normal. Kontak pengunyahan yang tidak tepat tersebut berefek pada pergerakan sendi rahang (temporomandibular) yang merupakan sendi utama dalam fungsi pengunyahan. Gangguan dapat berupa bunyi klicking, terasa sakit di area telinga dan pipi bagian dalam, hingga terjadinya “aus” pada persendian tersebut akibat pergerakan yang tidak normal.
Gangguan bicara dan penampilan.
Kehilangan gigi terutama di bagian depan dapat menyebabkan terganggunya fungsi bicara (fonasi). Hal tersebut karena pengucapan beberapa huruf membutuhkan kontak lidah dengan gigi depan. Selain itu, kehilangan gigi depan tentu mempengaruhi penampilan seseorang sehingga terlihat tidak menarik. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri seseorang untuk bergaul dengan lingkungannya.
Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya gigi tanpa ada pengganti maka dibuat suatu alat tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah hilang. Beberapa contoh gigi tiruan yang dapat digunakan adalah Gigi Tiruan Lepasan, Gigi Tiruan Cekat dan Implant Gigi / Dental Implant.
Dental Implant merupakan penempatan secara tetap suatu bahan biokompatibel berupa screwlike titanium yang ditempatkan secara bedah ke dalam tulang rahang, sehingga memungkinkan penggantian gigi menyerupai gigi asli penderita sebelumnya, baik dari segi estetik maupun kenyamanan. Implan gigi masa kini berdasarkan atas konsep osseointegration, yaitu penyatuan antara bahan implan dengan tulang rahang.
Dental Implantmenjadi salah satu pilihan menarik yang berkembang sangat pesat pada praktek kedokteran gigi karena penampilannya yang sangat menyerupai gigi asli dan kenyamanannya. Pada dekade terakhir ini implan merupakan terapi alternatif yang cocok untuk menggantikan gigi tiruan konvensional. Bagian implan yang tertanam dalam tulang rahang dan bagian implan yang menonjol pada jaringan mukosa digunakan untuk menghasilkan penjangkaran yang dapat meningkatkan retensi dan stabilitas pada gigi tiruan.
Pemasangan Dental Implant dapat dilakukan pada pasien yang mempunyai motivasi, kooperatif dan oral hygiene yang baik. Tidak ada batasan usia untuk pemasangan implan, akan tetapi disarankan pada pasien berusia di atas 16 tahun.
Aritmia merupakan irama jantung yang tidak normal, dapat berupa irama jantung yang tidak beraturan, lebih cepat dari normal, atau lebih lambat dari normal. Kelainan ini dapat terjadi pada siapapun dan tidak mengenal usia. Penderita tidak harus memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, namun pasien dengan riwayat penyakit jantung memiliki resiko menderita aritmia.
Tindakan pelayanan yang diberikan untuk mengatasi kelainan irama jantung, dilaksanakan oleh tim jantung dan pembuluh darah kepada pasien yang mengalami keluhan perasaan tidak nyaman atau aneh pada dada (bukan nyeri dada), berdebar-debar, sesak nafas, merasa ada detak jantung yang hilang, perasaan melayang atau hampir pingsan sehingga kondisi akan membaik dan kelainan irama jantung tertangani dalam waktu singkat.
Pemeriksaan yang dilakukan, meliputi: tindakan Elektrokardiografi (EKG), Holter Monitoring (EKG 24 jam), Ekokardiografi, Treedmill Test, Kateterisasi Jantung, dan Electrophysiology study
Fasilitas Layanan Unggulan
RSPAD GS saat ini memiliki satu kamar tindakan khusus aritmia dan tim yang terdiri dari dokter, perawat, serta teknisi yang siap melakukan tindakan aritmia dalam waktu 7 hari dalam seminggu. Selain itu terdapat poli khusus aritmia serta ruang holter monitoring.
Produk Layanan Unggulan
1. Holter Monitoring
Holter adalah perekaman EKG kontinu jangka menengah. Alat perekam EKG akan dibawa oleh pasien selama waktu yang diperlukan (umumnya satu minggu) kemudian dilakukan pengunduhan data. Hasil rekam irama jantung pasien selama periode tertentu dapat terlihat dari hasil perekaman Holter.
2. Tes Meja Jungkit
Tes meja jungkit adalah tes untuk diagnosis pasien dengan gejala pingsan yang berulang yang diperkirakan disebabkan karena gangguan refleks. Tes dilakukan dengan protokol standar dan diberikan obat perangsang sistem saraf pusat. Pasien dirawat satu hari untuk pemeriksaan ini.
3. Tes Ajmalin
Tes ajmalin dilakukan untuk unmasking pasien dengan Brugada syndrome tipe 2 atau 3. Tes ini juga dapat dilakukan pada pasien aritmia ventrikel yang tidak diketahui sebabnya. Pasien dirawat satu hari untuk pemeriksaan ini.
4. EP Study
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mempelajari listrik jantung dalam hal pembentukan impuls dan penjalarannya. Tes ini juga dapat digunakan untuk memicu timbulnya aritmia yang tidak terekam dalam EKG. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan 2-3 kabel kecil ke dalam jantung. Prosedur ini dilakukan dengan pembiusan lokal dan diperlukan perawatan satu hari.
5. Ablasi Konvensional
Prosedur ablasi merupakan pilihan teraupetik untuk pasien dengan aritmia jantung. Tindakan ini memiliki angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan medikamentosa dalam eliminasi aritmia. Prosedur ablasi dilakukan dalam pembiusan lokal dimana 3-4 kabel kecil dimasukkan ke dalam ruang jantung pasien. Proses ablasi sendiri bertujuan untuk menghilangkan sel-sel jantung yang berperan dalam menimbulkan aritmia dengan memberikan energi panas yang disalurkan melalui ujung kabel kateter. Pasien umumnya dirawat satu hari untuk prosedur ini.
6. Ablasi Tiga Dimensi
Ablasi tiga dimensi memiliki konsep yang sama dengan ablasi konvensional, namun menggunakan peralatan pencitraan yang lebih canggih. Gambaran anatomi jantung akan dipetakan dengan algoritme komputer dengan menilai properti listrik jantung dan medan magnet. Terdapat beberapa kelainan aritmia kompleks yang memerlukan ablasi tiga dimensi sebagai pilihan terapinya. Ablasi tiga dimensi pada umumnya dilakukan dengan pembiusan lokal, namun pada beberapa kasus dapat menggunakan pembiusan umum. Biasanya diperlukan perawatan 1-2 hari untuk prosedur ini.
7. Implantasi PPM
Tindakan implantasi PPM/pacu jantung permanen dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi kelistrikan jantung yang umumnya disebabkan oleh proses penuaan. Tindakan ini dilakukan dengan memasukan 1-2 buah kabel pacu ke dalam ruang jantung lalu menyambungkannya dengan baterai/generator yang ditanam di bawah kulit. Prosedur ini dilakukan dalam pembiusan lokal dan diperlukan perawatan tiga hari setelah pemasangan. Implantasi PPM dapat dilakukan single chamber atau dual chamber tergantung dari indikasi pasien.
8. Implantasi CRT
CRT merupakan terapi resinkronisasi jantung yang mirip dengan PPM namun memiliki tiga buah kabel pacu. Tindakan ini dilakukan pada pasien gagal jantung dengan kriteria tertentu yang sering mengalami kekambuhan. Prosedur CRT sama dengan PPM namun membutuhkan implantasi satu kabel lain.
9. Implantasi ICD
ICD adalah defibrilator kardiak implan yang merupakan alat defibrilator yang ditanam dalam tubuh pasien. Pemasangannya mirip dengan PPM/CRT. Alat ICD dipasang pada kasus pasien dengan risiko tinggi meninggal mendadak atau pada pasien dengan riwayat gangguan irama berbahaya. Prosedur pemasangan juga sama dengan CRT/PPM.
10. LAA Closure
LAA closure merupakan prosedur penutupan aurikel atrium kiri jantung untuk mengurangi risiko stroke iskemik pada pasien dengan fibrilasi atrium. Prosedur ini kadang memerlukan pembiusan umum dan dilakukan ekokardiografi transesofageal secara simultan. Tindakan ini dilakukan dengan memasang alat seperti jaring kecil ke dalam jantung untuk mencegah gumpalan-gumpalan darah terlepas ke peredaran darah. Pasein umumnya dirawat 1-2 hari setelah prosedur ini.
Cellcure merupakan pengobatan inovasi terkini dengan melakukan cell enginering pada monosit darah pasien atau darah donor yang dilakukan dalam laboratorium dan disuntikkan kembali ke tubuh pasien, laboratorium yang canggih dan memenuhi standar nasional dan internasional. biomedical enginering ini akan menjadi alternatif pengobatan degeneratif terbaik dengan minimum resiko.
Teknologi ini bekerja sama G to G antar negara Indonesia-Jerman. RSPAD Gatot Soebroto melakukan transfer keilmuan dan ketrampilan tehnologi di Praxisgemeinschaft fur Zelltherapie di Duderstads, yang dikembangkan Prof Fred Frandrich dari Universitas Kiel, Jerman.
Produk dari proses sel engginering ada 3 yaitu
1.Dendritic cell (DC),
2.Regeneratif Macrophage (REM) dan
3.Tolerogenic Macrophage (TOM).
Simak penjelasan berikut ini
Dendritic Cell Secara Umum, bagi manusia, sistem imun berfungsi untuk menjaga kesehatan dengan mengenali bakteri, virus atau benda asing (antigen) lainnya sebagai bahaya dan menghancurkannya. Prinsip kerja imunoterapi dengan Dendritic Cell (DC) sama seperti cara kerja sistem imun dalam tubuh manusia. Kegunaan Dendritic Cell (DC) untuk pasien dengan Kanker (Solid Tumor) dan sebagai Immunomodulator.
Regenerative Macrophage bermanfaat melalui efek anti inflamasi dan membantu pembentukan pembuluh darah baru melalui factor pertumbuhan. Teruji pada pasien hipoperfusi coroner derajad 3 dan derajat 4. Dan secara klinis terbukti sebagai terapi neuro degeneratif seperti parkinson dan alzhemeir. juga berfungsi anti aging, stroke , penyakit jantung coroner.
Tolerogenic Macrophageberhasil meringankan respon imun berlebihan dari sel B dan sel T, pada kasusdermasklerosis , vasculitis seperti penyakit wagner , Sindrom Sjorgen, lupus eritematous , Diabetes Militus dan Colitis ulserativa.
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran fisik, struktur tubuh (BB, TB) baik Sebagian atau keseluruhan sedangkan Perkembangan adalah pertambahan fungsi dan struktur tubuh (kemampuan motorik, bicara, Bahasa dan sosialisasi)
Bagaimana Perkembangan yang normal ya dok?
Usia 0-3 bulan
Mengangkat kepala setinggi 45
Melihat dan menatap wajah anda
Mengoceh spontan dan tertawa keras
Bereaksi terkejut terhadap suara keras
Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum
Usia 3-6 bulan
Berbalik dari telungkup ke terlentang
Mengangkat dan mempertahankan kepala setinggi 90
Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
Mengarahkan matanya pada benda kecil
Tertawa, berceloteh, tersenyum saat melihat objek menarik/dikenal (ibu dan ayah)
Usia 6-9 bulan
Duduk (sikap tripoid – sendiri)
Belajar berdiri
Merangkak meraih mainan
Memungut dan memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain
Bersuara tanpa arti
Usia 9-12 bulan
Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan
Dapat berjalan dengan dituntun
Mengulang bunyi yang yang didengarkan
Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali
Usia 12-18 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Memanggil ayah dengan kata “papa” dan ibu dengan kata “mama”
Membungkun untuk mengambil barang dan berdiri lagi
Memasukan kubus di kotak
Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing
Usia 18-24 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Berjalan tanpa terhuyung-huyung
Bertepuk tangan, melambai-lambai
Menumpuk 4 buah kubus
Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
Jadi, apakah anak ayah dan bunda sudah sesuai perkembangannya?
Penyakit saluran resporatori dengan dasar inflamasi kronik yang menyebabkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi.
Gejala Asma
Batuk, mengi, sesak, dada tertekan
Yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversible
Cenderung memberat pada malam atau dini ahri
Dan biasanya timbul jika ada pencetus
Keluhan yang mendukung dugaan diagnosis asma
Apakah anak sering mengalami serangan mengi?
Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam hari?
Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah berolahraga?
Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa berat, atau batuk setelah terpajan allergen/polutan?
Apakah bila pilek, memerlukan >10 hari untuk sembuh?
Apakah gejala membaik setelah pemberian obat asma?
Kemungkinan Asma pada Balita
Mungkin Bukan Asma
Gejala batuk, mengi, sulit bernafas < 10 hari selama infeksi saluran nafas
2-3 episode/tahun
Tidak ada gejala di antara episode
Alergi/atopi pada anak aatau Riwayat asma pada keluarga tidak ditemukan
Mungkin Asma
Gejala batuk, mengi, sulit bernafas >10 hari selama infeksi saluran nafas
> 3 episode/tahun atau episode berat dan atau perburukan malam hari
Di antara episode serangan, anak mungkin batuk, mengi atau sulit bernafas
Alergi/atop pada pasien, Riwayat asma pada keluarga +/-
Sangat Mungkin Asma
Gejala batuk, mengi dan sulit bernafas > 10hari selama infeksi saluran nafas
> 3 episode/tahun, atau episode berat dan atau perburukan malam hari
Di antara episode anak mungkin batuk, mengi atau sulit bernafas
Alergi/atopi pada pasien, Riwayat asma pada keluarga +
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosa. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala. Manifestasi klinis sebagian besar mengenai parenkim paru (TB paru) namun bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi orgain lain (TB ekstra paru).
Prevalensi TB anak mencakup 11,98% atau sekitar 63.111 kasus. Lalu, Prevalensi TB pada anak laki-laki sedikit lebih tingggi dibandingkan pada anak perempuan.
Pengobatan TB
Pengobatan TB paru 6 bulan dan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif 2 bulan pertama dan sisanya fase lanjutin
Prinsip dasar : minimal 3 macam obat pada fase intensif dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutin
Contoh : 2RHZ/4RH artinya 2 bulan pertama tiga obat yaitu Rifampisin,, Isonlazid dan Pirazinamid kemudian 4 bulan berikutna Rifanpisin dan Isonilazid. Pemberian paduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan membunuh kuman di dalam dan di luar sel.
Pemberian paduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan membunuh kumat di dalam dan di luar sel.
Pemberian obat setiap hari
Pada TB di luar paru misal TB tulang, TB usus,, TB pada otak, dll pemberian obat dapat Sampai 9 bahkan 12 bulan.
Hal penting pada tatalaksana TB anak
Keteraturan minum obat
Keteraturan minum obat mencegah kekambuhan dan resistensi obat
Perlu dukungan keluarga terutama pengawasan langsung saat minum obat
Lacak sumber penularan dan kemungkinan kasus lain
Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut
Perlu pemeriksaan radiologis dan BTA sputum
Setelah sumber diketahui dilakukan pelacakan sentrifugal yaitu mencari anak lain di sekitarnya yang mungkin tertular dengan cara uji tuberculin (Mantoux)
Untuk anak dengan Thalassemia yang tergantung tranfusi, terdapat dua pilihan standar terapi
Tranfusi darah regular, yang akan membantu memperbaiki gejala TDT (thalassemia dependentransfusion) tetapi tidak memperbaiki kelainan di level genetik.
Transplant stem cell atau sumsum tulang, merupakan tatalaksana yang memiliki potensi menyembuhkan thalassemia dengan cara mengganti sel puncadarah pasien.
Bagaimana Iron Overload dapat ditangani ?
Anak dapat mengamali ironoverload baik dari Thalassemia Beta atau dari tranfusi darah merah yang sedang berlangsung. Dokter akan meresepkan obat kelasi besi. Penting untuk mengkonsumsi kelasi besi secara teratur sehingga kadar zat besi dapat ditangani secara tepat.
Penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal.
Bagaimana bisa terjadi Thalassemia?
Ketidakmampuan sumsum tulang untuk membentuk protein yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Kelainan ini tidak menular namun dapat diwariskan!
Jenis-Jenis Thalassemia
Berdasarkan struktur molekul dibagi menjadi 2 jenis :
Thalassemia alfa
Thalassemia beta
Berdasarkan derajat keparahan dibagi menjadi 2 jenis :
Thalassemia mayor
Thalassemia minor
Gejala Thalassemia
Pucat
Cepat Lelah
Lemas
Perut membesar
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
Deformitas tulang
Apakah Thalassemia dapat disembuhkan?
Hingga saat ini Thalasemia “belum dapat disembuhkan” dan membutuhkan pengobatansutin seumur hidup
Keadaan henti jantung saat ini menjadi penyebab tertinggi kasus kematian di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan disebabkan oleh berbagai kondisi dan lingkungan yang beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan serangkaian tindakan guna mencegah kematian yang diakibatkan oleh henti jantung.
Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan sebuah teknik untuk menolong nyawa pasca henti jantung. Teknik ini dinamakan dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Bantuan ini tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, namun setiap warga pada umumnya dapat melakukan BHD ini dengan mempelajari langkah-langkahnya.
Langkah-langkah bantuan Hidup Dasar :
Mengenali kondisi Korban
Jika penolong menemukan seseorang yang tidak responsif (tidak ada pergerakan atau respons terhadap rangsangan) atau menyaksikan seseorang jatuh terkapar maka tindakan pertama dari rangkaian BHD dimulai.
Penolong harus dapat memastikan korban tidak responsif dengan cara berteriak/menepuk-nepuk, atau menggoyangkan bahu pasien, setelah itu dapat dilanjutkan dengan memberikan rangsang nyeri dan tidak bernafas dengan normal setelah sebelumnya mengamankan lingkungan kejadian dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada. Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika pasien tidak bernapas atau bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong harus mengasumsikan pasien mengalami henti jantung.
Meminta tolong/ bantuan
Jadi hal apa saja yang harus dilakukan dalam langkah awal Bantuan Hidup Dasar?
Meminta Tolong/Bantuan
Menghubungi 119
Pengaktifan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat (EMS)
3A
Cara Minta Tolong dengan benar :
Teriak ke sekitar untuk meminta bantuan
Telepon ke nomor darurat (119) kemudian sebutkan nama, alamat, jenis kejadian, jumlah dan kondisi korban, dan Apa yang diperlukan).
Jika kejadian di Rumah Sakit -> Aktifkan sistem CODE BLUE
Melakukan penilaian korban/ cek respon korban
Dalam melakukan penilaian, kita dapat melakukan 3A dan MARCH yang terdiri atas:
3A : Aman diri , Aman Pasien. Aman Lingkungan
MARCH : Massive hemorrhage, Airway, Respiration(Breathing), Circulation, Head Injury
M pada MARCH merupakan Massive hemorrhage yang berarti:
Kita harus melakukan pemeriksaan apakah pasien memiliki perdarahan banyak “banjir” yang dapat mengancam nyawa
Pasangkan torniket saat ditemukan perdarahan, ekspose/buka pakaian pada bagian yang cedera, gunakan sedekat mungkin dengan luka
Catat waktu pemasangan torniket, lalu bawa segera ke Rumah Sakit terdekat
Selanjutnya adalah A pada MARCH merupakan Airway yang berarti:
Periksa apakah pasien terdapat gangguan pada saluran napas pasien, penolong dapat mengajak pasien berbicara, selanjutnya menilai apakah terdapat respons, jika tidak ada respons , penolong dapat membuka jalan nafas dengan melakukan jaw thrust / chin lift (yaitu dengan dengan meletakkan telapak tangan pada dahi korban dan menengadahkan kepala korban. Gunakan tangan yang lain untuk menarik dagu korban sehingga jalan napas dapat terbuka).
Jika pasien sadar, ijinkan pasien untuk mencari posisi senyaman dan untuk menjaga jalan nafas
Selanjutnya adalah R pada MARCH yang merupakan Respirasi – Breathing, yaitu:
Periksa apakah pasien bernafas atau tidak dan liat apakah dadanya mengembang secara simetris atau tidak
Pastikan bahwa :
Posisikan pasien senyaman mungkin
Longgarkan pakaian pasien, jangan dikerubungi
Selanjutnya adalah C pada MARCH yang merupakan Circulation, dengan memeriksa:
Tangan dan kaki pasien pucat, dingin, dan lembab?
Terdapat perdarahan eksternal?
Jika terdapat perdarahan, segera tutup dan tekan luka Perdarahan
Lalu Baringkan pasien dalam posisi “syok”, dengan kaki diangkat/ dielevasi
Yang terakhir adalah H pada MARCH , merupakan Head Injury – Hipotermia dengan memeriksa:
memeriksa tanda-tanda trauma kepala dengan melihat apakah terdapat darah di hidung atau telinga?
memeriksa tanda-tanda hipotermia dengan memeriksa apakah pasien dalam keadaan menggigil, pucat, dingin?
Kita harus berhati2 karena hipotermia akan menurunkan fungsi pembekuan darah. untuk mencegah pasien jatuh dalam keadaan tersebut segera ganti pakaian basah, selimuti pasien, dan matikan AC.
Kompresi Dada
Golden Period RJP
Idealnya, BHD harus segera dilakukan saat pasien mengalami henti jantung.
Terdapat golden period atau waktu emas dalam melakukan bantuan hidup dasar
Untuk Keterlambatan BHD selama 1 menit, maka kemungkinan berhasilnya 98 dari 100
Untuk Keterlambatan BHD selama 4 menit, maka kemungkinan berhasilnya 50 dari 100
Untuk Keterlambatan BHD selama 10 menit, maka kemungkinan berhasilnya 1 dari 100
Saat otak tidak mendapatkan oksigen selama 6-8 menit maka pasien dapat menyebabkan kematian. Pasien disebut dengan mati klinis (henti nafas dan henti jantung) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 6 – 8 menit dan akan mengalami mati biologis (mati batang otak) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 8 – 10 menit/lebih,
Bagaimana melakukan kompresi jantung yang berkualitas?
Kompresi dada yang efektif dilakukan dengan prinsip push hard, push fast, minimal interruption, complete recoil.2 Untuk memaksimalkan efektivitas kompresi dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong berlutut di samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah sakit. Penolong meletakkan tumit tangannya di bagian bawah tulang dada korban dan meletakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang pertama. Penolong memberikan kompresi dada dengan kedalaman kurang lebih 2 inci/ 5cm.2 Penolong memberikan kompresi dada dengan frekuensi 100-120 kali permenit.Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali agar aliran darah ke berbagai organ tidak berkurang.Penolong juga harus meminimalisasi frekuensi dan durasi dari interupsi dalam kompresi untuk memaksimalkan RJP yang dilakukan. Rasio kompresi dan napas bantuan yang dilakukan adalah 30:2.2
Penolong yang kelelahan dapat menganggu frekuensi dan kedalaman kompresi dada. Pada umumnya, kelelahan penolong mulai muncul setelah 1 menit melakukan RJP dan akan sangat terasa setelah 5 menit melakukan RJP. Ketika terdapat lebih dari satu penolong, dianjurkan untuk memberikan RJP secara bergiliran setiap 2 menit sekali atau setelah 5 siklus untuk menghindari berkurangnya kualitas RJP.Satu siklus RJP terdiri dari kompresi dan napas bantuan dengan rasio 30:2.RJP dilakukan hingga AED tiba (setelah itu tetap dilanjutkan), korban bangun, terdapat tanda-tanda pasti kematian atau petugas yang lebih ahli datang. Selama melakukan RJP, interupsi misalnya seperti memeriksa nadi korban harus diminimalkan.2
Memberikan Napas Bantuan
Napas bantuan diberikan dalam waktu satu detik.Gunakan rasio kompresi dan napas bantuan 30:2.Napas bantuan dapat diberikan dengan berbagai cara.Cara pertama, bantuan napas dari mulut ke mulut, dilakukan dengan membuka jalan napas korban, menutup hidung korban, dan memberikan napas bantuan dalam waktu 1 detik.Pastikan terdapat kenaikan dada ketika dilakukan napas bantuan. Pemberian volume udara yang berlebihan harus dihindari karena dapat memperburuk kondisi korban, sesuaikan dengan volume saat menarik napas dan membuang napas secara biasa dari paru manusia normal. Lakukan sebanyak 5 siklus, baru cek denyut nadi setelah itu.
Bantuan nafas yang diberikan dapat berupa
Bantuan pernafasan mulut ke mulut
Bantuan pernafasan mulut ke hidung
Bantuan pernafasan mulut ke sungkup
Bantuan pernafasan dengan kantung nafas buatan (bag mask)
RJP Hands Only
Jika pada saat kejadian henti jantung, alat tidak memadai atau alat pelingdung diri (APD) tidak, kita dapat melakukan RJP Hands Only
Langkah-langkah RJP “Hands Only ” :
Safety : 3A : Amankan diri, Amankan pasien/orban, Amankan lingkungan
Periksa respon, pernafasan (5-10 menit) Tepuk-tepuk bahu, tanya “Anda Kenapa? “ Bila ada respon : Biarkan berbaring, cari penyebabnya, panggul bantuan medis, sambil mengawasi
Panggil bantuan : Panggil Bantuan “: Hubungi Call center PSC 119/112
Kompresi dada : Lakukan Kompresi Dada tanpa interupsi sampai pasien ada repson
Kapan RJP Dihentikan?
RJP dapat dihentikan jika ditemukan kondisi2 seperti
Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (pasien bergerak spontan)
Pasien alih rawat ke tempat perawatan
Penolong terancam keselamatannya
Penolong kelelahan
Do not resuscitate (DNR)
Jika pada pasien sudah ditemukan tanda2 pasti kematian seperti lebam mayat, kaku mayat, dan pembusukkan maka dapat dipastikan bahwa pasien sudah meninggal.Hanya dokter yang dapat menyatakan bahwa korban meninggal dunia.
Melakukan kejut jantung dengan AED
AED merupakan alat yang dapat memberikan kejutan listrik pada korban.
Langkah Pemakaian :
Pastikan korban tidak sadar, tidak bernapas, nadi tidak teraba dan dalam kondisi kering
Nyalakan AED dan pasang pad AED pada dada korban
Ikuti instruksi AED. Bila AED mengindikasikan kejut jantung, maka tekan tombol
Recovery Position atau Posisi pemulihan
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal dan sirkulasinya sudah adekuat. Posisi ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan tersedak.Korban dimiringkan dengan meletakkan tangan di bawah kepala korban.
Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban
Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban
Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada dibahu kanan korban.
Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan lutut kiri korban. Tarik korban
Bantuan Hidup Dasar pada Anak-anak
Teknik dasar untuk bantuan hidup dasar pada anak-anak sama seperti pada dewasa. Perbedaanya terletak untuk bayi dengan usia 1 – 12 bulan, dapat melakukan kompresi dada menggunakan 2 jari, dan untuk anak usia 1-8 tahun, dapat dilakukan kompresi dada dengan satu tangan.
Kompresi dapat menggunakan jari telunjuk + jari tengah atau jari tengah + jari manis, pada bayi dapat menggunakan dua ibu jari.
Kesalahan yang sering terjadi pada bantuan hidup dasar
Posisi mengunci jari tangan yang salah , kemudian pastikan posisi siku lurus
Teknik kompresi dada yang salah
Kompresi dada yang benar harus dengan
Kedalaman minimal 5 cm ( tidak lebih dari 6 cm )
Kecepatan 100 – 120 x/menit, teratur
Rekoil komplit
Minimal interupsi
kecuali untuk memberi nafas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh berhenti >10 detik)
Stunting pasti pendek (stunted) tetapi pendek belum tentu stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/ tinggi badan menurut usia, kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/ kronis yang terjadi dalam 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) (WHO, 2020).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2020 menunjukkan 5,7% balita di dunia mengalami gizi lebih, 6,7% mengalami gizi kurang dan gizi buruk, serta 22,2% atau 149,2 juta menderita stunting (malnutrisi kronik). Wilayah Asia memiliki angka stunting tertinggi yaitu sebanyak 79 juta anak (52,9%), terutama di Asia Tenggara (54,3 juta anak), diikuti oleh Afrika 61,4 juta anak (41,1%) dan Amerika Latin 5,8 juta anak (3,8%).
Prevalensi stunting secara global tersebut tergolong kategori tinggi karena berada antara 20% – 30%.Berdasarkan Global Hunger Index (GHI) 2021, Indonesia berada di urutan ke-73 dari 116 negara dengan hunger score moderat. Indikator yang termasuk dalam GHI adalah prevalensi wasting dan stunting pada anak-anak di bawah lima tahun.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan prevalensi balita dengan status pendek dan sangat pendek di Indonesia adalah 30,8% sedangkan untuk baduta (bawah dua tahun) sebesar 29,9%. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 di 34 provinsi menunjukkan angka stunting nasional turun dari 27,7% tahun 2019 menjadi 24.4% di tahun 2021 dan menjadi 21,6% di tahun 2022.
Stunting selalu diawali oleh perlambatan pertambahan berat badan (weight faltering) yang dapat terjadi sejak dalam kandungan dan berlanjut setelah lahir dan bayi bayi yang dilahirkan lebih pendek akan terus mengalami length faltering selama masa bayi (infancy). Kondisi weight faltering pada bayi dan balita memiliki faktor-faktor potensial sebagai penyebab yaitu adanya asupan kalori yang tidak adekuat, gangguan absorpsi atau meningkatnya metabolisme tubuh akibat penyakit tertentu. Faktor prediktor paling kuat untuk terjadinya stunting di usia 12 bulan adalah perlambatan pertumbuhan yang terjadi dalam tiga bulan pertama kehidupan. Jika rerata BB/U pada penimbangan selama 3 bulan pertama sejak lahir berada kurang dari < -1 SD maka risiko untuk mengalami stunting di usia 12 bulan adalah 14 kali lipat.
Anak stunting berisiko mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas, penurunan kekebalan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi serta penurunan potensi kognitif dan kemampuan fisiknya, sehingga akan mempengaruhi kapasitas kerja dan status sosial ekonomi di masa depan. Anak stunting akan terjadi penurunan oksidasi lemak sehingga rentan mengalami akumulasi lemak sentral dan resistensi insulin. Hal ini menyebabkan risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia, serta fungsi reproduksi yang terganggu pada masa dewasa.
Interaksi berbagai faktor penyebab stunting dijabarkan pada kerangka konsep WHO, yaitu terdapat empat faktor langsung yang memengaruhi terjadinya stunting yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, ASI, makanan pendamping ASI (MPASI) dan infeksi. Prendergast, dkk, memperkenalkan stunting syndrome yaitu berbagai perubahan patologis ditandai dengan gangguan pertumbuhan linier yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menurunkan kapasitas fisik, Intelligence Quotion (IQ) dan status ekonomi. Pencegahan dan intervensi stunting dapat dilakukan sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan 5 pilar. Pilar pertama adalah komitmen, pilar kedua adalah pencegahan stunting, pilar ketiga harus bisa melakukan konvergensi, pilar keempat menyediakan pangan yang baik, dan pilar kelima melakukan inovasi terobosan dan data yang baik.